ASSALAMUALAIKUM
WARRAH MATULLAHI WARBARAKATUH
BISMILLAHIRRAHMANIRAHIM
Apa
kabar sodara seiman dan setanah air juga sedunia??? Baiklah saya hanya berbagi
ilmu tentang apa yang saya dapat dari kuliah saya . Saya memang anak
elektronika instrumentasi tapi saya ingin mengkolaborasikan bahwa ilmu Agama
itu sangat penting bukan Cuma sains. Baiklah untuk yang pertama ini saya akan
membahas tentang musik broo dan sis, tapi untuk yang pertaman ini belum kita
padukan dengan budaya dan sains, langkah awal tentunya kita harus dipelajari
dan dipahami dari fundamental dan pedoman
kehidupan kita (Agama) terlebih dahulu setelah itu baru kita combo hahaha, entah kenapa saya jadi suka menulis kalo membaca ya sukalh hhehe saya menulis ini karena saya ingin mengamalakan ilmu. Malu dong masa kita kuliah cuma buat kita sendiri. Ilmu yang bermanfaat tentunya, kalo nilai atau ipk itu pembodohan karena tidak bisa di aplikasikan dan tidak bisa berbagi, kalo ilmu jelas bisa.
Ada
tiga ayat yang dijadikan alasan oleh sementara ulama untuk melarang paling
sedikit dalam arti memakruhkan "nyanyian".Ke tiganya yaitu
yaitu: surat Al-Isra (17): 64, Al-Najm (53): 59-61, dan Luqman (31): 6.
Pertama QS 17;64 :
َاسْتَفْزِزْ مَنِ اسْتَطَعْتَ مِنْهُمْ بِصَوْتِكَ وَأَجْلِبْ
عَلَيْهِمْ بِخَيْلِكَ وَرَجِلِكَ وَشَارِكْهُمْ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ وَعِدْهُمْ
ۚ وَمَا يَعِدُهُمُ الشَّيْطَانُ إِلَّا غُرُورًا
keterangan : untuk tulisan Arab dan Alquran yang benar cek aja langsung di Alquran dan Alhadist kalo di
blog susah banget bikinnya di blog ini jadi agak ngaco.
Dan hasunglah (bujuklah) siapa yang
kamu sanggupi di antara mereka dengan ajakanmu, dan kerahkanlah terhadap mereka
pasukan berkuda dan pasukanmu yang berjalan kaki dan berserikatlah dengan
mereka pada harta dan anak-anak dan beri janjilah mereka. Dan tidak ada yang
dijanjikan oleh syaitan kepada mereka melainkan tipuan belaka.
Kata
suaramu dalam ayat di atas menurut sementara ulama adalah nyanyian. Tetapi
benarkah demikian? Membatasi arti suara dengan nyanyian merupakan pembatasan yang
tidak berdasar, dan kalaupun itu diartikan nyanyian adalah yang didendangkan
oleh setan. Dan suatu ketika ada nyanyian yang dilagukan oleh bukan setan, maka
belum tentu termasuk yang dikecam oleh ayat ini.
Kedua QS 53;59-61 : (59) وَتَضْحَكُونَ
(60)
وَلَا تَبْكُونَ أَفَمِنْ هَٰذَا الْحَدِيثِ
تَعْجَبُونَ
(61) وَأَنْتُمْ
سَامِدُونَ
Maka apakah kamu
merasa heran terhadap pemberitaan ini? (59)Dan kamu mentertawakan dan tidak
menangis? (60)Sedang kamu melengahkan(nya)?(61.)
Kata samidun diartikan oleh yang
melarang seni suara dengan arti dalam keadaan menyanyi-nyanyi. Arti ini tidak
disepakati oleh ulama, karena kata tersebut walaupun digunakan oleh suku Himyar
(salah satu suku bangsa Arab) dalam arti demikian. Akar kata samidun adalah
samada yg maknanya berkisar pada berjalan bersungguh-sungguh tanpa menoleh ke
kiri dan ke kanan. Atau secara majazi dapat diartikan serius atau tidak
mengindahkan selain apa yang dihadapinya. Kata samidun dlm ayat tersebut dapat
diartikan lengah karena seorang yang lengah biasanya serius dalam menghadapi
sesuatu dan tidak mengindahkan yang lain.
Ayat
ketiga yang dijadikan argumentasi keharaman menyanyi atau mendengarkannya
adalah surat Luqman ayat 6 :
لَهُمْ عَذَابٌ مُّهِينٌ وَمِنَ
النَّاسِ مَن يَشْتَرِي لَهْوَ الْحَدِيثِ لِيُضِلَّ عَن سَبِيلِ اللهِ بِغَيْرِ
عِلْمٍ وَيَتَّخِذَهَا هُزُوًا أُوْلَئِكَ
Dan di antara manusia (ada) orang yang
mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari
jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan.
Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan.
Lahwal hadits" yang diterjemahkan
sebagai perkataan yang tidak berguna ditafsirkan sebagai Ibnu Jarir Ath-Thabari
menyebutkan:
Ibnu Mas'ud (Sahabat): "Nyanyian,
demi Yang tidak ada yang berhak disembah selain Dia" beliau sampai
mengulangnya tiga kali
Ibnu 'Abbas (Sahabat): "Nyanyian
dan yang sejenisnya dan mendengarkannya"
Jabir (Sahabat):"Nyanyian dan mendengarkannya”
Mujahid (Tab'in):"Nyanyian dan
semua permainan yang melalaikan" dalam kesempatan lain beliau mengatakan
"Genderang (rebana)"
'Ikrimah (Tabi'in):"Nyanyian"
Adh-Dhahak:
"Syirik (menyekutukan ALLAH)"
Ibnu Jarir Ath-Thabari sendiri
mengomentari:
Pendapat yang betul adalah: Yang
dimaksud dengannya (perkataan yang tidak berguna) adalah semua perkataan yang
melalaikan dari jalan ALLAH dari apa-apa yang dilarang ALLAH dari
mendengarkannya atau apa-apa yang dilarang Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
(dari mendengarkannya), karena ALLAH menjadikan firmannya (perkataan tidak
berguna) umum dan tidak mengkhususkan sebagian yang satu dari sebagian yang
lain. Oleh karena itu tetap berlaku umum sehingga datang dalil yang
mengkhususkannya. Nyanyian dan syirik termasuk dari itu (perkataan tidak
berguna).
Lihat Tafsir Ath-Thabari tentang ayat
tersebut.
والصواب من القول في ذلك أن يقال: عنى به كلّ
ما كان من الحديث ملهيا عن سبيل الله مما نهى الله عن استماعه أو رسوله؛ لأن الله تعالى
عمّ بقوله:(لَهْوَ الحَدِيثِ) ولم يخصص بعضا دون بعض، فذلك على عمومه حتى يأتي ما يدلّ
على خصوصه، والغناء والشرك من ذلك.
Ibnu Katsir juga menyebutkan makna
perkataan yang berguna sebagai "nyanyian" dari Sa'id bin Jubair,
Makhul, 'Amru bin Syu'aib, Hasan al-Bashri dan 'Ali bin Badzimah dari kalangan
para tabi'in.
Ibnu Katsir sendiri juga mengomentari:
عطف بذكر حال الأشقياء، الذين أعرضوا عن الانتفاع
بسماع كلام الله، وأقبلوا على استماع المزامير والغناء بالألحان وآلات الطرب
ALLAH menyambung dengan menyebutkan
keadaan orang-orang yang celaka yaitu orang -orang yang berpaling dari
mengambil manfaat dengan mendengarkan kalam ALLAH dan malah cenderung
mendengarkan lagu-lagu, nyanyian dengan nada-nada tertentu dan alat-alat musik.
Lihat Tafsir Ibnu Katsir tentang ayat
tersebut.
Al-Baghawi menyebutkan perkataan Ibrahim
An-Nakha'i (Tabi'in):
"Nyanyian menumbuhkan kemunafikan
di dalam hati".
Al-Baghawi sendiri menafsirkan
(mempergunakan perkataan yang tidak berguna):
يستبدل ويختار الغناء والمزامير والمعازف على
القرآن
Menggantikan dan memilih nyanyian,
lagu-lagu dan musik atas al-Quran.
Lihat Tafsir Al-Baghawi tentang ayat
tersebut.
Dan masih banyak sekali perkataan para
sahabat, tabi'in dan tabi'ut tabi'in tentang makna ayat tersebut yakni
nyanyian.
Al-Qurthubi menyampaikan panjang lebar
dalam tafsirnya, boleh dirujuk di kitab tafsir beliau.
Kemudian apakah yang dimaksud nyanyian
dan lagu dalam pembahasan di atas?
apakah setiap nyanyian dilarang atau
setiap nada-nada atau lagu-lagu dilarang mutlak?
Al-Qurthubi menjelaskan dalam tafsirnya:
وَهُوَ الْغِنَاء الْمُعْتَاد عِنْد الْمُشْتَهِرِينَ
بِهِ , الَّذِي يُحَرِّك النُّفُوس وَيَبْعَثهَا عَلَى الْهَوَى وَالْغَزَل , وَالْمُجُون
الَّذِي يُحَرِّك السَّاكِن وَيَبْعَث الْكَامِن ; فَهَذَا النَّوْع إِذَا كَانَ فِي
شِعْر يُشَبَّب فِيهِ بِذِكْرِ النِّسَاء وَوَصْف مَحَاسِنهنَّ وَذِكْر الْخُمُور وَالْمُحَرَّمَات
لَا يُخْتَلَف فِي تَحْرِيمِهِ ; لِأَنَّهُ اللَّهْو وَالْغِنَاء الْمَذْمُوم بِالِاتِّفَاقِ
.
Nyanyian yang dimaksud adalah nyanyian
yang biasa dinyanyikan menurut orang-orang yang mempopulerkannya. Yaitu
nyanyian yang yang menggerakkan nafsu dan membangkitkannya atas hawa dan cumbu
rayu dan kelakar (lawak) yang akan menggerakkan yang diam dan mengeluarkan yang
tersembunyi (muncul aib-aib). Jenis ini apabila di dalam sya'ir akan
mengobarkannya dengan menyebutkan wanita dan sifat-sifat kecantikannya,
menyebutkan khamr dan hal-hal yang diharamkan di mana tidak ada beda pendapat
tentang keharamannya. Karena itu adalah sia-sia dan nyanyian adalah tercela
dengan kesepakatan.
فَأَمَّا مَا سَلِمَ مِنْ ذَلِكَ فَيَجُوز
الْقَلِيل مِنْهُ فِي أَوْقَات الْفَرَح ; كَالْعُرْسِ وَالْعِيد وَعِنْد التَّنْشِيط
عَلَى الْأَعْمَال الشَّاقَّة , كَمَا كَانَ فِي حَفْر الْخَنْدَق
Sedangkan nyanyian yang selamat dari hal
tersebut maka sedikit dari itu adalah boleh di dalam masa-masa bergembira
seperti pernikahan, hari raya dan ketika digunakan untuk menyemangati beramal
yang berat sebagaimana saat menggali parit ...
فَأَمَّا مَا اِبْتَدَعَتْهُ الصُّوفِيَّة
الْيَوْم مِنْ الْإِدْمَان عَلَى سَمَاع الْمَغَانِي بِالْآلَاتِ الْمُطْرِبَة مِنْ
الشَّبَّابَات وَالطَّار وَالْمَعَازِف وَالْأَوْتَار فَحَرَام .Sedangkan apa
yang dibuat-buat oleh orang-orang shufi pada hari ini (zaman al-Qurthubi)
dengan membiasakan atas mendengarkan nyanyi-nyanyian dengan alat-alat musik
seperti syabaabaat, thaar, ma'azif, autaar (nama-nama alat musik dipukul,
dipetik dlsb) adalah haram.
Kemudian bagaimana pendapat para ulama
madzhab?
Al-Qurthubi memberikan beberapa
penukilan:
Imam Malik bin Anas pernah ditanya
tentang nyanyian yang dibolehkan oleh sebagian orang-orang di Madinah, beliau
menjawab: Yang melakukan itu menurut kami hanyalah orang-orang fasiq.
Madzhab Abu Hanifah adalah membenci
nyanyian walaupun membolehkan minum nabidz dan beliau menganggap mendengarkan
nyanyian termasuk dosa.
Begitu pula madzhab seluruh penduduk
Kufah: Ibrahim (an-Nakha'i), Asy-Sya'bi, Hammad, Ats-Tsauri dan selainnya,
tidak ada beda pendapat di antara meraka dalam hukum nyanyian.
Begitu pula tidak diketahui di antara
penduduk Bashrah adanya beda pendapat tentang dibencinya nyanyian dan
larangannya kecuali apa yang diriwayatkan dari 'Ubaidullah bin al-Hasan
al-'Anbari, beliau membolehkannya.
Sedangkan madzhab Syafi'i beliau
berkata: Nyanyian adalah dibenci dan menyerupai hal yang bathil dan barang
siapa memperbanyaknya maka dia orang bodoh yang ditolak persaksiannya.
Sedangkan madzhab Ahmad tidak ada
keterangan tegas tentang hal tersebut, bahkan diriwayatkan beliau
membolehkannya.
Ibnu al-Jauzi mengatakan yang dimaksud
(yang dibolehkan) adalah qashidah zuhud (sya'ir 7-10 bait) berisi tentang
hal-hal zuhud.
Ahmad ketika ditanya tentang seseorang
yang meninggal dan meninggalkan seorang anak laki-laki dan seorang budak
perempuan penyanyi. Si anak ingin menjual budaknya. Ahmad menjawab: budak
perempuan dijual sebagai budak biasa bukan sebagai budak yang penyanyi. Ada
yang berkata: harganya bisa sampai 30 ribu, boleh jadi kalau dijual sebagai
budak biasa hanya 20 ribu. Ahmad menjawab: tidak boleh dijual kecuali sebagai
budak biasa.
Ibnu al-Jauzi mengomentari:
Ahmad berkata seperti ini karena budak
perempuan ini penyanyi dan tidak bernyanyi dengan qashidah zuhud tapi dengan
sya'ir-sya'ir musik yang membangkitkan cinta.
Ini adalah dalil atas nyanyian adalah
dilarang di mana kalau tidak dilarang maka tidak boleh menghilangkan harta anak
yatim (lihat dan fahami kasus di atas).
Ath-Thabari berkata:
Telah terjadi ijma' (kesepakatan) para
ulama akan dibencinya nyanyian dan larangannya. Ibrahim bin Sa'ad dan
'Ubaidullah al-'Anbari telah menyelesihi jama'ah (dengan membolehkan nyanyian).
Lihat tafsir al-Qurthubi.
Dari pembahasan di atas akan lebih baik
bagi kita meninggalkan nyanyian terutama nyanyian yang berisi hal-hal yang
haram. Nyanyian yang diberi keringanan untuk
mendengarkannya pun hanya dengan kadar yang sedikit dan pada waktu-waktu
tertentu saja. Kalau bisa kita tinggalkan semua itu tentu lebih wara' dan lebih
baik sebagaimana para salaf terdahulu.
Kemudian harap dibedakan antara
mendengarkan dengan mendengar, yang dibenci adalah mendengarkan bukan
mendengar. Jadi kalau pada masa kita sekarang
memang tidak bisa lepas dari mendengar musik tapi kita bisa menghindari
mendengarkan musik.
Mereka
mengartikan kata-kata yang tidak berguna (lahwa al-hadits) sebagai nyanyian
Pendapat ini jelas tidak beralasan untuk menolak seni-suara, bukan saja karena
lahwa al-hadits tidak berarti nyanyian, tapi juga karena misalakan kalimat tersebut
diartikan nyanyian, yang dikecam di sini, bila kata-kata yang tidak berguna itu
menjadi alat untuk menyesatkan manusia, Jadi masalahnya bukan terletak pada
nyanyiannya, melainkan pada dampak yang diakibatkanya.
Nah
ini yang menjadi dampaknya yang berakibat fatal contoh kebudayaan ala Amerika.
Bisa dibilang awal music rock n roll kebanyakan dari mereka memasukan budaya
kebebasan ala binatang, mabuk-mabukan, seks bebas, bercandu (narkoba). Mulai
dari Elvis, Mick Jagger, Freddy Mercury bahkan sampai Kurt Cobain dan yang
modern sekarang adalah Adam Levin. Apa lagi jika anda berbicara tentang lagu
metal kebanyakan dari liriknya adalah membunuh dan mencabuli. Belum lagi dengan
lagu-lagu pop mereka membuat rapuh hati dan keimanan, sehingga salah untuk
menccurahkan persaaannya, jujur saja memang lagu-lagunya enak-enak untuk
dinikmati saya juga masih suka tapi Alhamdulillah sekarang sudah bisa menyikapinya
bahkan bisa di pelajari mengapa tidak boleh. Lalu dengarkan dan baca liriknya
saja sudah jelas menyesatkan kebanyaakan liriknya tentu saja menyesatkan
membuat kita jauh dari Allah. Memang terlihat sepele namun kenyataanya sudah
jelas lihat saja remaja masa kini atau kaula mudalah bahkan sampai orang tua
sekalipun banyak dari mereka berprilaku seperti ini misalnya mabuk sudah biasa,
melakukan seks bebas bangga jadi yang melakukan yang haram-haram menjadikan
dirinya kebanggan. Coba dengarkan lagu Power Slave dengan lagunya Bismillah sungguh luar biasa. Mengapa bisa berdampak ??? nanti kita bahas di PART 2
kawan-kawan. Kita kembali pada fundamental dan pedoman hidup kita.
Sejarah
kehidupan Rasulullah SAW, membuktikan bahwa beliau tidak melarang nyanyian yang
tidak mengantar kepada kemaksiatan, Bukankah sangat populer di kalangan umat Islam,
lagu-lagu yang dinyanyikan oleh kaum Anshar di Madinah dalam menyambut
Rasulullah Saw.? Thalaa al-badru
alaina. Min tsaniyat al-wadai.Wajabasy syukru alaina. Ma daa lillahi dai Ayyuha
al-mabutsu fina. Jita bil amril muthai, Al-Quran sendiri memperhatikan nada dan langgam ketika
memilih kata-kata yang digunakannya,
setelah terlebih dahulu memperhatikan kaitan antara kandungan kata dan pesan
yang ingin disampaikannya, walaupun ayat-ayat Al-Quran ditegaskan oleh Allah bukan
syair, atau puisi, namun ia terasa dan terdengar mempunyai keunikan dalam irama
dan ritmenya, Ini disebabkan karena huruf dari kata-kata yang dipilihnya
melahirkan keserasian bunyi, dan kemudian
kumpulan kata-kata itu melahirkan pula keserasian irama dalam rangkaian kalimat
ayat-ayatnya.
Bacalah misalnya surat Asy-Syams, atau Adh-Dhuha atau Al-Lahab dan surat-surat lainnya. Atau baca misalnya surat An-Naziat ayat 15-26 , yang ingin nih perlu di garis bawahi di sini adalah nada dan irama yang unik itu. Ini berarti bahwa Allah sendiri berfirman dengan menyampaikan kalimat-kalimat yang memiliki irama dan nada . Ini belum lagi kaluau ditinjau dari segi ilmu tajwid yang mengatur antara lain panjang pendeknya nada bacaan, Imam Bukhari, dan Abu Daud meriwayatkan sabda Nabi Saw.: "Perindahlah Al-Quran dengan suara kamu "Bukankah semua ini menunjukkan bahwa menyanyikan Al-Quran tidak terlarang ? dan karena itu menyanyi secara umum pun tidak terlarang kecuali kalau nyanyian tersebut tidak sejalan dengan tuntunan Islam, Apakah seni suara (nyanyian) harus dalam bahasa Arab? ataukah harus berbicara tentang ajaran Islam? Dengan tegas jawabannva adalah: Tidak. Anda boleh memilih objek dan cara menampilkan seni. Anda boleh menggambarkan kenyataan yang hidup dalam masyarakat di mana Anda berada, Anda boleh memadukannya dengan apa saja, boleh berimajinasi karena lapangan seni Islami adalah semua wujud, tapi sedikit catatan, yaitu jangan sampai seni yang Anda tampilkan bertentangan dengan fitrah atau pandangan Islam tentang wujud itu sendiri. Jangan sampai, misalnya pemaparan tentang manusia hanya terbatas pada jasmaninya semata, atau yang ditonjolkan hanya manusia dalam aspek debu tanahnya, tidak disertai dg unsur roh Ilahi yang menjadikannya sebagai manusia. Kalau Al-Quran menggambarkan dalam bahasa lisan sikap dan gejolak hati manusia, maka tentu tidak ada salahnya jika sikap dan gejolak hati itu digambarkan dalam bentuk bahasa gerak dan mimik, bersama dengan bahasa lisan, Itulah salah satu contoh pengembangan,karena menjadikan Al-Quran sebagai petunjuk bukan berarti kita harus menirunya dalam segala hal, tetapi dalam bidang seni misalnya, ia berarti menghayati jiwa bimbingan dan nafas penampilannya, kemudian setelah itu mempersilakan setiap seniman untuk menerjemahkan jiwa dan nafas tersebut dalam kreasi seninya. Al-Quran dan sunnah misalnya melukiskan alam dengan begitu indah, berdialog, dan bersambung rasa dengan manusia. Dan pada saat kita menikmati suatu lukisan yang hidup, maka kisah itu telah memerankan pandangan Islam tentang alam, Tidak jauh berbeda dengan ungkapan Nabi Muhammad S.A.W. Ketika melukiskannya dengan bahasa lisannya :Gunung ini (Uhud) mencintai kita dan kita pun mencintainya Quran sangat menghargai segala kreasi manusia, termasuk kreasi manusia yang lahir dari penghayatan rasa, selama kreasi tersebut sejalan dengan fitrah kesucian jiwa manusia. Maksud fitrah kesucian manusia ini yang suci dari dosa tentunya brader, jika kita keluar dari situ ya tentu saja dosa misalnya, nanyi ko sambil pamer-pamer aurat, curhat terdapat benda mati bukannya curat dan meminta pada ALLAH
Bacalah misalnya surat Asy-Syams, atau Adh-Dhuha atau Al-Lahab dan surat-surat lainnya. Atau baca misalnya surat An-Naziat ayat 15-26 , yang ingin nih perlu di garis bawahi di sini adalah nada dan irama yang unik itu. Ini berarti bahwa Allah sendiri berfirman dengan menyampaikan kalimat-kalimat yang memiliki irama dan nada . Ini belum lagi kaluau ditinjau dari segi ilmu tajwid yang mengatur antara lain panjang pendeknya nada bacaan, Imam Bukhari, dan Abu Daud meriwayatkan sabda Nabi Saw.: "Perindahlah Al-Quran dengan suara kamu "Bukankah semua ini menunjukkan bahwa menyanyikan Al-Quran tidak terlarang ? dan karena itu menyanyi secara umum pun tidak terlarang kecuali kalau nyanyian tersebut tidak sejalan dengan tuntunan Islam, Apakah seni suara (nyanyian) harus dalam bahasa Arab? ataukah harus berbicara tentang ajaran Islam? Dengan tegas jawabannva adalah: Tidak. Anda boleh memilih objek dan cara menampilkan seni. Anda boleh menggambarkan kenyataan yang hidup dalam masyarakat di mana Anda berada, Anda boleh memadukannya dengan apa saja, boleh berimajinasi karena lapangan seni Islami adalah semua wujud, tapi sedikit catatan, yaitu jangan sampai seni yang Anda tampilkan bertentangan dengan fitrah atau pandangan Islam tentang wujud itu sendiri. Jangan sampai, misalnya pemaparan tentang manusia hanya terbatas pada jasmaninya semata, atau yang ditonjolkan hanya manusia dalam aspek debu tanahnya, tidak disertai dg unsur roh Ilahi yang menjadikannya sebagai manusia. Kalau Al-Quran menggambarkan dalam bahasa lisan sikap dan gejolak hati manusia, maka tentu tidak ada salahnya jika sikap dan gejolak hati itu digambarkan dalam bentuk bahasa gerak dan mimik, bersama dengan bahasa lisan, Itulah salah satu contoh pengembangan,karena menjadikan Al-Quran sebagai petunjuk bukan berarti kita harus menirunya dalam segala hal, tetapi dalam bidang seni misalnya, ia berarti menghayati jiwa bimbingan dan nafas penampilannya, kemudian setelah itu mempersilakan setiap seniman untuk menerjemahkan jiwa dan nafas tersebut dalam kreasi seninya. Al-Quran dan sunnah misalnya melukiskan alam dengan begitu indah, berdialog, dan bersambung rasa dengan manusia. Dan pada saat kita menikmati suatu lukisan yang hidup, maka kisah itu telah memerankan pandangan Islam tentang alam, Tidak jauh berbeda dengan ungkapan Nabi Muhammad S.A.W. Ketika melukiskannya dengan bahasa lisannya :Gunung ini (Uhud) mencintai kita dan kita pun mencintainya Quran sangat menghargai segala kreasi manusia, termasuk kreasi manusia yang lahir dari penghayatan rasa, selama kreasi tersebut sejalan dengan fitrah kesucian jiwa manusia. Maksud fitrah kesucian manusia ini yang suci dari dosa tentunya brader, jika kita keluar dari situ ya tentu saja dosa misalnya, nanyi ko sambil pamer-pamer aurat, curhat terdapat benda mati bukannya curat dan meminta pada ALLAH
Sejauh
ini berdasar riwayat yang shahih yang saya tau nih pembolehan hanya pada
saat-saat tertentu (hari raya, pesta pernikahan dan saat bekerja berat perlu
semangat) dan dengan alat-alat tertentu (duff atau rebana). Sedangkan hukum
asal nyanyian adalah dilarang atau dibenci kecuali ada dalil yang
mengecualikannya. Nah untuk alat musik bisa kita lanjut setelah bagian ini
kenapa bisa celaka (haram) dan bisa bermanfaat (Halal) kita kupas nanti kenapa
itu hadis shahih dan bukan karena ilmu pengetahuan penting dalam hukum (
syariat) kalo dipakai di makrifat tentunya akan sangat rumit. Sekian dulu
baraya. Untuk refrensinya tentu saja di akhir
baraya. Dukung dan doakan saya mencari ilmu terus dan belajar ya kawan-kawan, saya akan jadi penulis juga hehehe semoga tulisan ini bermanfaat kawan-kawan.
Alhamdulillahirabbilalamin
Wassalamualaikum
warrahmatullah wabarakatuh
Bersambung…………………..
keren ini posting nya sekaligus bikin merinding karna saya sejak dari kecil ke cekokan lagu lagu yang begituan. jadi makin penasaran untuk kelanjutanya. go go part II nya mas.
BalasHapus